Telematika
Pengertian Telematika
Telematika berasal
dari bahasa perancis
“Telematique” yang merujuk
pada bertemunya sistem jaringan
komunikasi dengan teknologi
informasi. Para praktisi menyatakan
bahwa “Telematics“ adalah
singkatan dari “Telecommunication” and
“informatics” sebagai wujud
dari perpaduan konsep
Computing and Communication. Istilah
Telematics juga dikenal sebagai
“the new hybrid
technology” yang lahir karena perkembangan teknologi digital.
Menurut
para ahli :
Moedjiono
(“Makna Telematika menurut beliau merupakan konvergensi dari: Tele=”Telekomunikasi”, ma=”Multimedia” dan tika=”Informatika” “).
Yusuf
Hadi Miarso (2007) (“ telematika
merupakan sinergi teknologi
telekomunikasi dan informatika
untuk keperluan pemrosesan data
dengan sistem binary
(digital) “).
Para
Praktisi teknologi (“ TELEMATICS merupakan perpaduan dari dua kata yaitu dari
“TELECOMMUNICATION and INFORMATICS” yang merupakan perpaduan konsep Computing
and Communication. Istilah telematika
juga dikenal sebagai “The New Hybrid Technology” karena lahir dari perkembangan
teknologi digital “).
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut,
maka dapat disarikan pemahaman
tentang telematika sebagai berikut .
1.
Telematika adalah sarana
komunikasi jarak jauh
melalui media elektromagnetik.
2.
Kemampuannya adalah mentransmisikan sejumlah
besar informasi dalam sekejap,
dengan jangkauan seluruh
dunia, dan dalam berbagai
cara, yaitu dengan
perantaan suara (telepon, musik),
huruf , gambar dan
data atau kombinasikombinasinya. Teknologi
digital memungkinkan hal
tersebut terjadi.
3.
Jasa telematika ada
yang diselenggarakan untuk
umum (online, internet), dan
ada pula untuk
keperluan tertentu atau dinas
khusus (intranet).
Sejarah Telematika di Indonesia
Sejak
AS, sebagai negara yang paling awal mempunyaiinisiatif dalam pembangunan superhighways informasi,
meluncurkan The National
Infrastructure
Information-nya pada tahun 1991,
banyak negara industri lainnya mengikutinya. Bulan Februari 1996 Inggris dan Jerman memperkenalkan kebijakan-kebijakan superhighways
informasi mereka, yaitu
The Information Society Initiative di Inggris dan program The Info 2000
di Jerman. Tak lama kemudian
di tahun 1996,
negara di Asia
Tengah mengikutinya, seperti Filipina dengan
Tiger, Malaysia dengan Multimedia
Super Corridor (MSC)
dan Singapura dengan
Singapore-ONE. Dan di tahun 1997 Indonesia meluncurkan kebijakan superhighways informasi
dengan nama Nusantara 21.
a. Evolusi Teknologi, Teknologi terus berubah.
Prakiraan perkembangan teknologi di masa mendatang sangat
beragam. Di antara
banyak negara tidak
ada persetujuan mengenai kebutuhan untuk
menghubungkan dengan kabel
tempat-tempat paling jauh.
Beberapa pakar berfikir bahwa teknologi wireless yang didukung oleh
satelit dengan orbit rendah mungkin
dapat mewujudkan komunikasi
broadband dengan baik.
Di Indonesia dampaknya terjadi
evolusi teknologi yang unik. Mengingat masyarakat Indonesia sebagian besar tinggal
di pedesaan dan
banyak yang buta
huruf, sehingga tampaknya
teknologi visual dan pembicaraan
(speech) akan lebih
mendapat tempat di masyarakat
daripada teknologi informasi dengan tulisan (text).
b. Struktur
pasar dan strategi
industri, Para aktor
strategi industri yang
terlibat dalam pembuatan superhighways
informasi tidak tergantung
pada negara dimana
mereka tinggal.
Strategi-strategi dari para
aktor utama dalam
industri content juga menggambarkan ketidakpastian mengenai
masa depan peralatan layanan informasi yang akan digunakan. Karena tergantung
struktur pasar, bisa jadi di masa depan strategi yang tepet berada dalam
pilihan alternatif antara lain multimedia ( seperti CD-ROM, perangkat lunak PC
dan piringan video digital) atau kabel (seperti TV kabel, telekomunikasi kabel dengan serat
optic) atau jejaring
telekomunikasi dari berbagai
jenis teknologi telekomunikasi. Di
Indonesia struktur pasarnya
cukup beragam, ada
wilayah urban, suburbia, dan
rural. Untuk urban
semua alternatif seperti
multimedia, kabel, jejaring, telekomunikasi dapat
dipertimbangkan. Tetapi untuk
daerah suburbia dan
rural, tampaknya yang paling tepat adalah jejaring telekomunikasi dari
berbagai teknologi yang sebelumnya telah ada dan tinggal mengalami
beberapapenyempurnaan, oleh karena itu Nusantara 21
dipersiapkan mengadopsi jejaring
telekomunikasi dari berbagai
jenis teknologi telekomunikasi.
c. Penyusunan Institusional, Kebijakan –
kebijakan superhighways informasi melibatkan berbagai badan
atau agen pemerintah
yang berkoordinasi secara
fungsional, sektoral ataupun territorial.
Dalam fungsinya, di AS atau
Inggris, pemerintah tidak
mengontrol seluruh proses kebijakan
karena telah ada
agen-agen regulasi
independent. Secara sektoral, konflik
dan persaingan institusional
dapat terjadi di
antara departemen pemerintah. Di
Indonesia yang berperan dalam N21 merupakan tim yaitu Tim Koordinasi Telematika
Indonesia (TKTI) yang melibatkan banyak
menteri sesuai keppres 30 tahun 1997. Hal ini menunjukkan peran
pemerintah Indonesia masih sangat besar dibandingkan peran swasta, masyarakat
dan lain-lain. Adapula institusi yang lemah posisinya daripada TKTI, yaitu
Kelompok Kerja Penyusunan Konsep Buku Nusantara 21 yang terdiri dari 14 kelompok
yang terdiri dari wakil Telkom, Indosat, dan Universitas.
d. Akomodasi
terhadap nilai –
nilai nasional, Walaupun
label “masyarakat informasi” yang sama digunakan di berbagai
negara, visi sosialyang dikandungnya memiliki content local yang
unik, yang berpijak
pada nilai-nilai sosial
dasar masing-masing masyarakat setiap negara.
Di Indonesia, konsep
superhighways informasi N21
tidak terlepas dari aspek
Wawasan Nusantara yang
heterogen dan Ketahanan
Nasional, baik dari
segi ekonomi, sosial, politik,
serta pertahanan keamanan,
yang telah muncul
sejak adanya konsep satelit.
Bahkan N21 sesungguhnya merupakan pemutakhiran dari Palapa, dengan tetap menggunakan
pendekatan pada nilai-nilai
yang mempersatukan nusantara.
Selain itu, N21 tercakup juga dalam program Multimedia Asia (M2A),
program yang bertujuan mempersatukan wlayah Asia melalui telematika.
e. Interaksi
dengan kebijakan-kebijakan publik
lainnya, Melalui tiga
analisis yang umumnya dilakukan
di semua negara
(daya saing ekonomi,
perbaikan kondisi sosial, liberalisasi telekomunikasi), juga
analisis spesifik untuk
masing- masing negara, kebijakan superhighways juga
dihubungkan kepada kebijakan-kebijakan publik lainnya.
Perkembangan Telematika
a) Masa Pra-Satelit
Radio
dan Telepon
Di
periode pra satelit (sebelum tahun 1976), perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia masih
terbatas pada bidang
telepon dan radio.
Radio Republik Indonesia (RRI) lahir
dengan di dorong
oleh kebutuhan yang
mendesak akan adanya
alat perjuangan di masa
revolusi kemerdekaan tahun
1945, dengan menggunakan perangkat keras
seadanya. Dalam situasi
demikian ini para
pendiri RRI melangsungkan pertemuan
pada tanggal 11 September 1945 untuk merumuskan jati diri keberadaan RRI
sebagai sarana komunikasi antara pemerintah dengan rakyat, dan antara rakyat
dengan rakyat.
Sedangkan
telepon pada masa itu tidak terlalu penting sehingga anggaran pemerintah untuk membangun
telekomunikasi pun masih
kecil jumlahnya. Saat
itu, telepon dikelola oleh PTT
(Perusahaan Telepon dan Telegrap)saja. Sampai pergantian rezim dari Orla
ke Orba di
tahun 1965, RRI
merupakan operator tunggal
siaran radio di Indonesia. Setelah itu bermunculan radio –
radio siaran swasta.
Televisi
Badan
penyiaran televisi lahir tahun 1962 sebelum adanya satelit yang semula hanya dimaksudkan
sebagai perlengkapan bagi
penyelenggara Asian Games
IV di Jakarta. Siaran percobaan
pertama kali terjadi pada17 Agustus 1962 yang menyiarkan upacara peringatan
kemerdekaan RI dari
Istana Merdeka melalui
microwave. Dan pada tanggal
24 Agustus 1962,
TVRI bisa menyiarkan
upacara pembukaan Asian Games, dan tanggal itu dinyatakan
sebagai hari jadi TVRI.
b) Masa Satelit
Satelit
Domestik Palapa
Gagasan tentang
peluncuran satelit bagi telekomunikasi domestik di Indonesia bisa ditelusuri asal muasalnya dari sebuah
konferensi diJanewa tahun 1971 yang disebut WARCST (World Administrative Radio Confrence on Space Telecomunication).
Perkembangan
teknologipun berkembang pesat, mulai dari pesawat telepon manual ke otomatis,
dan dari analog menjadi digital. Pada gilirannya perkembangan ini menuntut adanya
pengaturan infrastruktur dan
standarisasi peralatan. Tak lama
kemudian masuklah teknologi mobile-telecommunication.
Tren Kedepan Telematika
Trend telematika di Indonesia
pada umunya akan berkembang dengan pesat dengan seiring berkembangnya teknologi
informasi. Masyarakat saat ini tidak harus bersusah payah untuk menghubungi
kerabat, teman atau keluarga mereka atau hanya sekedar mencari informasi.
Mereka sudah bisa mendapatkan informasi melalui fasilitas telepon, internet dan
dapat melihatnya melalui televisi. Trend tersebut akan berkembang lebih
pesat lagi bila diiringi dengan sumber daya yang mempenuhi.
Ada lima kelompok industri yang
berperan besar dalam perkembangan trend telematika ke depan, diantaranya:
- Infrastruktur Telekomunikasi (biasanya resiko bisnis paling besar)
- Infrastruktur Internet (biasanya resiko bisnis sedang & rendah)
- Hosting service (biasanya resiko bisnis rendah)
- Transaction type service (biasanya resiko bisnis rendah)
- Content / knowledge producer (biasanya resiko bisnis rendah)
Komentar